Rabu, 19 Juni 2013

Media Massa Cetak Hari Ini

Beberapa dari media massa cetak hari ini, Sabtu, 15 Juni 2013 yang saya baca, yaitu Republika, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Sindo, Harian Jogja, Tribun Jogja, dan Suara Merdeka, bisa dikatakan hanya o,o1% yang memuat berita tentang kekerasan, khususnya terhadap perempuan. Kalau hal semacam ini bisa berlangsung terus atau lebih lama, saya percaya kalau nantinya lambat laun kekerasan terhadap perempuan dan anak juga bisa berkurang. Namun dari beberapa media cetak itu, juga ada yang mengangkat berita tentang kekerasan, tapi pada lelaki. Tapi ini hanya sebagian saja, tidak pada seluruh media cetak itu.

Tapi ada satu hal yang cukup menarik bagi saya, hampir semua media cetak itu menyertakan pemberitaan tentang pertemuan pimpinan redaksi media massa. Namun bukan itu yang saya maksud, tapi lebih tertuju pada foto yang disertakan oleh beberapa media cetak itu. Di foto itu ada gambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, yang berjalan berdampingan, dan satu foto lagi memperlihatkan keduanya sendang duduk bersebelahan pula. Kalau kita perhatikan berita yang mengalir beberapa hari terakhir ini, tentunya kita tahu kan apa yang sedang melanda di tubuh partai tempat Menkominfo Tifatul Sembiring berasal..

Ya, tentang kenaikan harga BBM. Presiden SBY dan menteri-menterinya banyak yang setuju kalau harga BBM dinaikkan. Sementara itu, 3 menteri yang berasal dari partai PKS juga menyetujui keputusan untuk menaikkan harga BBM itu. Tetapi, dari internal partai itu sendiri ternyata tidak menyetujui kenaikan BBM. Seakan seperti ada sedikit perpecahan ya kalau kita sebagai orang awam melihat hal itu. Tapi apa dibalik itu yang sebenarnya, kita juga tidak tahu. Kita hanya mendapatkan informasi dari berita-berita di media massa yang seolah memberikan fakta demikian. Dan mau tidak mau, opini kita sebagai publik pun akan terbawa bahwa ada perpecahan di sana.

Media memberitakan fakta, isu, peristiwa yang mereka tangkap dalam kehidupan. Media juga mengemas berbagai peristiwa, fakta, dan isu itu juga sesuai dengan latar belakang medianya. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika pemilik media juga berperan di situ. Karenanya, kita sebagai publik, sebagai orang awam, sebagai pembaca berita dari media massa – media massa itu, alangkah baiknya jika kita tidak hanya membaca atau berpatokan pada satu informasi yang datang dari satu media. Kita juga perlu tahu bagaimana media massa lain memandang peristiwa, isu, atau fakta itu. Agar kita tidak terjebak pada satu informasi saja.

Negeri ini, Media Massa dan Perempuan

Membaca berita di media khususnya surat kabar cetak, masih selalu yang menjadi topik hangat dan banyak diberitakan itu tentang masalah yang menimpa negeri ini. Ada juga yang mengenai penderitaan atau hal-hal yang dialami oleh kaum perempuan.

Jika berita tentang masalah yang menimpa negeri ini, berita itu selalu terkait dengan yang namanya politik, korupsi, perekonomian negara, APBN Negara, BBM, pangan, dan sebagainya. Politik memang tidak bisa dilepaskan dari negara yang juga menganut sistem demokrasi ini, namun menjelang Pemilu 2014 ini, terkadang partai politik itu juga memanfaatkan media sebagai ajang mendulang suara. Tapi diantara itu, anggota dari beberapa parpol itu terkait dengan kasus korupsi. Hm..korupsi lagi..korupsi lagi.. Negeri ini belum terbebas dari yang namanya korupsi…!

Kita kadang juga dibuat bingung dengan parpol-parpol itu. Menjual dan mengobral janji. Bukan lagi janji yang kita butuhkan saat ini, tapi tindakan. Hm…memang, benar-benar membingungkan!
Beralih ke masalah korupsi, juga seperti itu. Kalau kita perhatikan, kebanyakan dari para terdakwa korupsi itu adalah orang-orang pintar dan cerdas (sebenarnya). Tapi mungkin karena salah menggunakan kepintaran dan kecerdasannya, jadinya ya seperti itu. Saya setuju dengan seseorang yang pernah menuliskan di akun sosial medianya, bahwa orang-orang seperti itu (yang terbawa arus ikut-ikutan korupsi atau yang sekarang menjadi terdakwa korupsi) karena kurang pendidikan moralnya. Atau mungkin bisa jadi, sudah mendapatkan pendidikan moral, tapi belum bisa memeganganya secara utuh dan baik. Sehingga mereka lupa! Husnudzdzan saja, mungkin benar mereka lupa. Jadi perlu diingatkan. Namun, bagaimana caranya mengingatkan mereka? Apakah cukup jika hanya ditangani oleh KPK saja? Tidak adakah tindakan yang mungkin bisa kita sumbangsihkan untuk membantu KPK menyadarkan kembali orang-orang itu? Tapi, untuk saat ini, siapakah sebenarnya yang harus diutamakan untuk berubah dan sadar akan perbuatan yang kotor itu? Mereka atau diri kita dulu?

Hfft……

Sekarang giliran perempuan dilihat dari media. Kita perhatikan bareng-bareng yuk, bagaimana media memandang dan membingkai perempuan dalam ranah sosial. Kebanyakan, berita sekarang yang mengangkat tema tentang kekerasan, banyak memuat mengenai kekerasan yang menimpa perempuan. Seingat saya, dulu waktu saya masih kecil, waktu itu saya baru lulus sekolah TK tapi saat itu, Allah menganugerahkan saya sudah bisa membaca. Ibu saya memberikan banyak buku bacaan, buku cerita, lembar soal, bahkan juga koran untuk saya baca. Kata ibu, agar saya bisa lancar membacanya, dan kalau sudah masuk SD nanti langsung bisa baca dan enak belajarnya. Nah, seingat saya saat itu, masih jarang sekali saya membaca judul berita kekerasan terhadap perempuan. Tapi kalau sekarang kok sepertinya sudah banyak sekali ya??!! Beberapa halaman di surat kabar itu, kadang juga menyelipkan berita-berita kekerasan pada perempuan. Entah ini karena perempuan masih dianggap sebagai orang kedua, yang tidak bisa berbuat lebih, atau karena masih minimnya pelaku media dari perempuan. Sehingga ada berita-berita semacam itu, seakan berjalan mengalir begitu saja, tanpa ada kontrol. Padahal media sebenarnya juga berperan sebagai kontrol sosial.
 Bagaimana caranya mengontrol kekerasan terhadap perempuan, kalau medianya sendiri masih sering memberitakan tentang kekerasan pada perempuan?!!

Media setidaknya tidak terlalu sering mengumbar berita mengenai kekerasan terhadap perempuan itu. Karena mungkin saja, dengan banyaknya berita, judul berita mencolok yang menyatakan dengan jelas kekerasan yang menimpa perempuan, hal itu lambat laun mungkin saja akan menjadi hal lumrah.
Mengapa media massa itu tidak memperbanyak saja berita tentang hal-hal positif di negeri ini?!

Kata-kata yang kita baca itu sebenarnya berpengaruh pada pikiran kita. Satu hal lagi, mengapa masih ada perempuan yang rela dieksploitasi. Rela menjadikan tubuhnya sebagai bahan eksploitasi. Kita bisa lihat sendiri kan, betapa banyaknya iklan-iklan di televisi, surat kabar, majalah, papan reklame yang menyertakan perempuan dalam setiap produk yang ditawarkan pada publik. Iya sih kalau perempuannya itu menggunakan pakaiannya yang sopan..menutup seluruh tubuhnya..pakaiannya longgar..roknya atau celananya panjang..lengan bajunya panjang…itu gak apa-apa.. karena dengan itu kan, perempuan tidak merasa kalau tubuhnya dieksploitasi. Emm….atau jangan-jangan perempuan juga tidak sadar kalau sebenarnya dirinya dieksploitasi ?! Hm……

Kata-kata..atau gambar yang baik..akan berpengaruh pada pikiran kita. Kalau kita membaca atau mendengar kata-kata yang positif, maka pikiran kita pun akan positif dan membentuk energi positif. Begitu pun sebaliknya, kalau kata-kata yang kita baca dan dengar itu negatif, maka pikiran pun akan membentuk pikiran dan energi negatif. Semoga kita bisa lebih bijak dalam menyikapi segala berita yang disajikan oleh media.

Sosial Media .... Bikin Pusing

Socmed alias Social Media, memang memudahkan kita untuk berinteraksi dengan orang-orang kita kenal atau bahkan yang belum kita kenal, yang tempatnya berjauhan dengan kita. Namun, kadang, rasa bosan menatapi socmed itu juga muncul. Socmed kadang juga menjadi tempat bersandar saat lelah datang, entah itu karena kita lelah menulis, mengetik, atau beraktivitas di luar ruangan seharian. Tapi…kalau sudah ada di depan laptop atau komputer memandangi socmed..itu tidak akan ada habisnya. Pingin lihat status ini, baca status itu, komen ini, komen itu, chating, dsb. Dan kebanyakan, itu ternyata yang membuat waktu tersita. Waktu hilang sia-sia.

Facebook dan Twitter bisa dikatakan menjadi rajanya socmed. Bermacam-macam informasi, dari yang penting sampai hanya sekedar memberitahukan bahwa dirinya bangun tidur, mau tidur, mau makan, sampai mau mandi saja juga ada. Kalau facebook, masih mendinglah bisa baca atau nulis kalimat seabrek dalam satu klik. Tapi kalau untuk twitter, itu terbatas. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dituliskan di situ. Kadang juga terlalu banyak informasi yang digullirkan itu, membuat kepala dan mata pusing melihat dan membacanya. Seperti yang saya alami beberapa hari ini.

Berbagai informasi tumpah ruah tak terbendung. Belum selesai membaca 1 kalimat, sudah ada pemberitahuan lagi tentang kalimat atau informasi berikutnya. Belum lagi, kalau kalimat-kalimat yang ditulis itu seperti menunjukkan kegalauan seseorang. Hm…lebih baik saya loncati saja sebelum saya mengakhiri membacanya. Akhirnya, saya putuskan untuk me-unfollow akun-akun yang lebih banyak menuliskan tentang perasaan diri itu. Karena menurut saya, tanpa saya membaca kata-kata itu, saya juga mempunyai perasaan yang jauh lebih baik untuk saya pikirkan sendiri, daripada memasukkan perkataan lain ke dalam otak saya yang belum tentu itu sesuai dengan apa yang saya rasakan saat itu. Jadi, lebih baik mengikuti informasi tentang berita-berita atau tulisan-tulisan informasi lainnya yang lebih bermanfaat.

Selasa, 18 September 2012

Kenangan Muballigh Hijrah

Seribu Rasa Di Cilacap
Berdakwah itu memang butuh perjuangan. Tidak selamanya dakwah yang dilakukan itu akan berjalan dengan mudah. Terkadang kita membanyangkan bahwa saat kita berdakwah di suatu tempat, tidak akan ada halangan dan rintangan. Namun nyatanya hal itu keliru. Berdakwah itu memang butuh perjuangan, kesabaran, dan kekuatan hati serta iman. Apapun yang terjadi harus tetap dilalui tak mungkin bisa dihindari.
Baru kali ini aku mengikuti program Muballigh Hijrah (MH) sampai keluar kota atau keluar Jogja tepatnya. Sudah 4 kali berturut-turut aku mengikuti program dakwah semacam ini. Setelah sebelumnya pada bulan Ramadhan juga, saat masih duduk di kelas 3 Aliyah aku juga ditugaskan untuk melakukan dakwah di daerah yang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Kemudian tahun 2010 aku juga mengikuti MH dari kampus untuk daerah Sewon Utara, lalu Ramadhan tahun berikutnya aku di rumah sendiri, dan tahun 2012 ini aku kembali mengikuti MH tapi bertempat di Cilacap.
Sungguh belum pernah terbayangkan sebelumnya, seperti apa Cilacap dan penduduknya. Yang aku tahu hanya sebatas bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa jawa ngapak. Sedangkan aku yang orang Madura ini, tentu saja berbeda jauh bahasanya. Meski bahasa jawa Jogja aku sudah bisa mengerti, tapi untuk bahasa jawa yang satu ini, aku masih ragu untuk bisa mengerti apa yang mereka katakan padaku nantinya.
Hari kamis, 19 Juli 2012, aku dan teman-temanku Dhita, Syadah, Winda, Lukman, Alfis, Usman, Firdaus dan adik angkatan kami, Nida ditemani Mas Imam ketua Lab. KPI berangkat ke Cilacap dengan menggunakan mobil FAI, sedang Lukman, Usman dan Firdaus mengendarai sepeda motor. Perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 5 jam ini sedikit meninggalkan sedih dan rindu pada keluargaku dirumah. Karena selama 25 hari nanti aku akan berada ditempat asing yang belum pernah aku ketahui dan ku kenal sebelumnya.
Singkat cerita, sesampainya di Cilacap tepatnya di kecamatan Maos, kami berhenti dan berlabuh di Masjid At-Taqwa MaosLor. Setelah melaksanakan shalat dhuhur, kami langsung disambut oleh warga sekitar yang telah siap menjamu kami dengan makan siang. Sungguh serasa sangat dihormati sekali kedatangan kami kali itu. Namun entah apa yang akan terjadi selanjutnya, kami belum tahu dan hanya bisa mengira-ngira.
*** bersambung***

Kamis, 05 Juli 2012

Berita Jurnalistik: Diklat Jurnalistik, Pintu Awal Keanggotaan LPPM Nuansa

YOGYAKARTA – Lembaga Pengembangan dan Pers Mahasiswa (LPPM) Nuansa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (9/03) mengadakan diklat jurnalistik dasar untuk para anggota barunya. Kegiatan diklat ini dilaksanakan sejak hari Jum’at malam hingga Ahad sore, dan bertempat di kawasan Waduk Sermo Kulonprogo. Diklat jurnalistik ini dilaksanakan sebagai pintu awal peserta menjadi anggota tetap LPPM Nuansa.

Salah seorang pembicara diklat yang merupakan salah seorang reporter di Radar Jogja dan juga alumni jurusan Hubungan Internasional (HI) UMY angkatan tahun 2006, mengatakan pada peserta diklat, “manjadi wartawan itu enak, karena kita bisa mengukur dan melihat progress atau perkembangan diri kita sendiri. Dan berpikir kritis adalah modal utama untuk menjadi wartawan.”

Pada kesempatan berikutnya, Ahad (11/03), ketua panitia diklat jurnalistik dasar, Ahlul Alamsyah menjelaskan, “tujuan diadakannya diklat ini adalah untuk menghidupkan kembali LPPM Nuansa yang sempat vakum beberapa waktu yang lalu. Selain itu juga, berdasarkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) kami, diklat jurnalistik dasar ini merupakan tahap awal bagi calon anggota muda LPPM Nuansa untuk menjadi anggota tetap di media pers kami.”

Dan harapan kami, lanjut Ahlul lagi yang juga merupakan mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI) UMY angkatan 2010, diklat jurnalistik ini dapat memberikan pandangan dasar pada calon anggota muda tentang jurnalistik.

Penjelasan lain mengenai calon anggota muda juga dijelaskan oleh Sekretaris Umum LPPM Nuansa,  Hermin “setelah acara diklat ini, para peserta diklat belum secara langsung menjadi anggota tetap LPPM Nuansa,” katanya.

Akan tetapi, lanjutnya lagi, para peserta tersebut terlebih dahulu akan menjadi anggota magang LPPM Nuansa selama satu bulan setengah. Kemudian setelah magang selesai barulah mereka akan menjadi anggota tetap Nuansa dan akan memiliki kartu pers mahasiswa. Dan para anggota muda juga akan mendapatkan bekal jurnalistik lainnya, melalui pelatihan-pelatihan jurnalistik berikutnya.

Kerja keras dan harapan dari panitia ini ternyata tidak sia-sia, hal tersebut dibuktikan dengan komentar salah seorang   peserta diklat, Ilmiyanti mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UMY, “banyak pelatihan jurnalisme yang mengena di jiwa karena dikaitkan dengan alam dan intuisi seorang jurnalis,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, para peserta diklat juga menyampaikan harapan-harapannya setelah acara diklat tersebut usai, “semoga ilmu yang sudah didapat bisa bermanfaat bagi jurnalis-jurnalis muda UMY, dan pelatihan selanjutnya bisa lebih baik lagi,” kata Nurjannah Awaliyah mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UMY.

Harapan yang senada juga disampaikan oleh Angger Cahyaning Tyas Asih mahasiswi HI UMY, “setelah acara diklat ini selesai, pastinya saya ingin ilmu yang sudah saya dapatkan dari acara ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan dengan baik,” kata Tyas.

Sementara itu, mahasiswi KPI, Ilmiyanti menambahkan harapannya pada Nuansa, “mudah-mudahan saya bisa bertahan dan mempertahankan Nuansa bersama teman-teman jurnalis lainnya dengan penuh kesolidan,” katanya lagi.

Selasa, 03 Juli 2012

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…


Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online.
Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga..
Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung berita, semua itulah yang aku rasakan sejak hari pertama aku bergabung di biro humas.
Namun, semoga aku bisa terus belajar agar terus bisa melakukan yang terbaik. Tulisan beritaku yang dimuat diberbagai media berita online, judul tulisannya salah satunya adalah “Langgam Jawa Ternyata Efektif Turunkan Nyeri dan Kecemasan”, judul ini yang dimuat di www.suaramerdeka.com
Judul lainnya meski beda, tapi inti dan isi dari beritanya sama. Bagi kawan-kawan dan sahabatku yang ingin tahu isi beritanya silahkan cari aja di mbah google dengan keyword berita Langgam Jawa. InsyaAllah nanti akan muncul macam-macam judul dari media online yang berbeda.
Alhamdulillah…ternyata aku bisa..! ^_^